Gamaknya rasa gulana
Persis sendiri walau lemas di lautan manusia
Mengekori ekor mata setia sial celaka
Tertawa halus mencekik halwa telinga
Kami tidak kemana mana
Kami cinta tubuh kamu manusia
Ruangnya legam bikin bahagia
Sarang dosa di mana mana
29 June 2014
26 June 2014
Berpinar terdampar.
Rindu itu tidak punya pejal
Dan aku hanyut dalam kata kata gumal
Tidak, tidak selalu jiwa diapit kental
Bila bila masa tanah menyambut jasad berpintal
Kau bukan sebarangan
Nafas yang kau tinggalkan masih berawangan
Aku cium setiap askara yang membentuk namamu
Saban waktu ia pudar dan kelam dan aku berbalik pada sungkur dahulu
Dan aku hanyut dalam kata kata gumal
Tidak, tidak selalu jiwa diapit kental
Bila bila masa tanah menyambut jasad berpintal
Kau bukan sebarangan
Nafas yang kau tinggalkan masih berawangan
Aku cium setiap askara yang membentuk namamu
Saban waktu ia pudar dan kelam dan aku berbalik pada sungkur dahulu
25 June 2014
Pinggiran bibir.
Rongak pada bibir menjarah
Walau kelu tiada bicara
Peritnya mabuk dansa berpesta
Kering merekah
Basah sesaat dan kembali menggila
Pada cermin wajah dihala
Tiada yang langgar norma
Normal pendosa
Seperti hati yang malu sembunyi
Akan bintik bintik hitam yang menghuni
Merah nan tenggelam
Parah menanti ditanam
Walau kelu tiada bicara
Peritnya mabuk dansa berpesta
Kering merekah
Basah sesaat dan kembali menggila
Pada cermin wajah dihala
Tiada yang langgar norma
Normal pendosa
Seperti hati yang malu sembunyi
Akan bintik bintik hitam yang menghuni
Merah nan tenggelam
Parah menanti ditanam
11 June 2014
02 June 2014
Kembara bara.
Alpa sahabat setia manusia
Tidak untuk semua tetapi rapat untuk saya
Lemas dalam detik waktu merentas ego kuasa
Selari mahkota suci terapung di udara
Ditarik graviti lebih kuasa dari segala
Terkapai tumpas dijamah bara
Segera saya sedar
Alpa saya sudah di angkasa
Mencari kudrat tersisa
Saya jatuh tanpa rela
Terpisah jasad dari nyawa
Saya kini tiada.
Subscribe to:
Posts (Atom)