Beberapa buah kelompok dibahagi bahagikan oleh kelompok yang lain agar yang
sama tingkatnya tidak berada dalam aras yang salah. Sepertinya kelompok
kelompok yang terwujud ini menjadi kecil dan semakin kecil di atasnya hingga
menjadi sebuah piramid raksasa. Jika dilihat dari luar bumi yang tersedia sfera
ini, masih jelas kelihatan sebuah piramid raksasa buatan manusia yang setiap
dari kelompoknya melakukan hal hal yang mereka layak kerjakan.
Pada suatu hari
yang berkabus, seorang lelaki dari kelompok paling bawah piramid raksasa itu
berlari mendapatkan pentas ditengah tengah tempat tinggalnya. Cerita yang
bertandang dalam mimpinya tadi dihebahkan melalui pembesar suara yang terpasang
di sekitar ruangan paling bawah ini. Semua penghuni mendengar dengan jelas apa
yang disampaikan. Penuh semangat, penuh surat siratnya lantas membakar semangat
mereka mereka yang hampir keseluruhannya sebangsa. Lelaki yang mencaritakan
mimpinya tadi menghakhiri ceritanya dengan sebuah cadangan yang dianggap kurang
siuman. Setelah bertikam lidah dengan debat debat yang tajam menikam, mereka
sepakat menggulinggkan puncak pimpinan atas nama kebebasan.
Perlahan lahan kelompok terbawah ini bergerak ke satu sisi. Semua penghuni
terlibat mengosongkan separuh bahagian kawasan mereka. Berhimpit himpit
mengerah kutdrat menolak salah satu sisi piramid raksasa itu sepenuh hati
serentak. Perlahan lahan kawasan yang dikosongkan itu terangkat. Penghuni dari
kelompok atas mereka juga memberi reaksi yang sama. Lama kelamaan posisi
piramid raksasa itu menjadi terbalik. Dahulunya adalah siling kini sudah
menjadi lantai pada mereka semua dan yang lebih menggembirakan, kelompok yang
dilabel kapitalis oleh mereka sendiri kini dibawah kaki mereka. Piramid kini
berdiri dengan satu bucu dengan kestabilan yang konsisten ! Pemuda yang
bercerita tentang mimpinya memberi arahan yang seterusnya.
Dalam kiraan tiga,
semua penghuni kelompok bawahan (sekarang sudah di atas) melompat dengan hampir
serentak entah berapa kali sehingga kelompok yang dilabel kapitalis itu
tenggelam tertusuk ke bumi. Lantai yang pernah menjadi langit suatu ketika dahulu kini dipenuhi dengan tapak-tapak kaki pejuang mimpi tanpa sekalipun melupakan lantai yang dulu mencecah seribu satu rasa celaka. Hanya perlu dongak dan mereka tidak sekali tidak mahu kembali pada lantai yang dahulu.
No comments:
Post a Comment