26 June 2013

Perihal piramid.

   Beberapa buah kelompok dibahagi bahagikan oleh kelompok yang lain agar yang sama tingkatnya tidak berada dalam aras yang salah. Sepertinya kelompok kelompok yang terwujud ini menjadi kecil dan semakin kecil di atasnya hingga menjadi sebuah piramid raksasa. Jika dilihat dari luar bumi yang tersedia sfera ini, masih jelas kelihatan sebuah piramid raksasa buatan manusia yang setiap dari kelompoknya melakukan hal hal yang mereka layak kerjakan. 
   Pada suatu hari yang berkabus, seorang lelaki dari kelompok paling bawah piramid raksasa itu berlari mendapatkan pentas ditengah tengah tempat tinggalnya. Cerita yang bertandang dalam mimpinya tadi dihebahkan melalui pembesar suara yang terpasang di sekitar ruangan paling bawah ini. Semua penghuni mendengar dengan jelas apa yang disampaikan. Penuh semangat, penuh surat siratnya lantas membakar semangat mereka mereka yang hampir keseluruhannya sebangsa. Lelaki yang mencaritakan mimpinya tadi menghakhiri ceritanya dengan sebuah cadangan yang dianggap kurang siuman. Setelah bertikam lidah dengan debat debat yang tajam menikam, mereka sepakat menggulinggkan puncak pimpinan atas nama kebebasan.
   Perlahan lahan kelompok terbawah ini bergerak ke satu sisi. Semua penghuni terlibat mengosongkan separuh bahagian kawasan mereka. Berhimpit himpit mengerah kutdrat menolak salah satu sisi piramid raksasa itu sepenuh hati serentak. Perlahan lahan kawasan yang dikosongkan itu terangkat. Penghuni dari kelompok atas mereka juga memberi reaksi yang sama. Lama kelamaan posisi piramid raksasa itu menjadi terbalik. Dahulunya adalah siling kini sudah menjadi lantai pada mereka semua dan yang lebih menggembirakan, kelompok yang dilabel kapitalis oleh mereka sendiri kini dibawah kaki mereka. Piramid kini berdiri dengan satu bucu dengan kestabilan yang konsisten ! Pemuda yang bercerita tentang mimpinya memberi arahan yang seterusnya. 
   Dalam kiraan tiga, semua penghuni kelompok bawahan (sekarang sudah di atas) melompat dengan hampir serentak entah berapa kali sehingga kelompok yang dilabel kapitalis itu tenggelam tertusuk ke bumi. Lantai yang pernah menjadi langit suatu ketika dahulu kini dipenuhi dengan tapak-tapak kaki pejuang mimpi tanpa sekalipun melupakan lantai yang dulu mencecah seribu satu rasa celaka. Hanya perlu dongak dan mereka tidak sekali tidak mahu kembali pada lantai yang dahulu.



No comments:

Post a Comment