29 April 2014

Akal yang dijual murah.

Wujudnya mereka menambah rencah
Matinya pula usai butakan arah
Tapi bukan kalian
Penderhaka talian
Berapa topeng yang teralas
Atas wajah yang kian terkupas
Awal lagi sudah jangka
Sebab tuhan, kucuba lupa
Rupanya Dia sengaja tayang
Supaya kita sentiasa waspada

Makan beralas telapak tangan
Latarkan pelangi seribu angan
Berjalan ke depan tak pesan-pesan
Tahu-tahu parut sudah legamkan harapan

28 April 2014

Maginasi.

Selayaknya jelita dibela
Dengan sentuhan mereka ternoda
Pada pandangan manisnya mati
Miliki dan perhati
Antara idaman dan impian
Tanpa miliki terus sebar rasa cinta
Terus perhati tanpa jemu rangkul bahagia
Mawar mekar layu setaman
Bila akar hilang pedoman

Kekang kaca.

Dua kaki tidak berganjak
Dua tangan tiada gerak
Pasangan telinga tuli membenar
Sepasang mata perhati hambar
Pada jelita dalam kurungan kaca
Mulus senyuman tembusi dada
Apa benar pada diri
Atau tujunya pada biasan sendiri

Pecahkan saja, bentak hati
Akal mencela kekal perhati
Tundakan rasa
Hingga gilir kita tiba

Penjuru kompas.

Buat tunas tunas mekar
Bercambahlah kalian mengukuh akar
Pada tanah selatan bersaing pesat
Melangkau akal bersaing sihat
Dan di setiap penjuru hati kalian
Terpasaklah panji panji berpaksi kemakmuran
Basa basi perihal kaum gaya bahasa
Disulam dalam satu rentang ikrar belia
Suara lantang menjadi minuman
Idea bertentang disambut senyuman
Pandanglah saat lena
Mimpilah impian yang nyata
Bangkit dari selimut
Lantas musuh musuhmu dijemput maut
Melihat masa depan diluang sangkar
Agar pewaris kita tiada katup minda.

27 April 2014

Dari mangsa manisan.

Kalau boleh kau kurang
Gula pada setiap askara yang kau karang
Nyawa aku semakin kau sisip
Pada celahan hati yang aku titip
Ia taruhan
Dan aku kehancuran
Terbalik masa berputar
Manisan kau melarut jiwa hingga pudar

25 April 2014

Legaman jingga.

Kilauan letrik bernaung di langit
Serentak tiba waktu rezeki dikait
Acap kali terdetik garitan pahit
Mencuka rupa rungutan terbit
Lenyap pelangi ditelan malam
Masih samar tujunya hujan senja
Kawanan bintang berpagar menghalau suram
Senyum manis rembulan menggoda manja

Terima kasih, Tuhan.

23 April 2014

Pengaruh yang lemah.

Pada jalan jalan lemah
Bergoleklah sekalian pengaruh
Hingga ke penghujung terlihat lembah
Pamerkan senyum mu saat mulai jatuh
Pada sang setia si lantai tubuh rebah
Berawan kolum mimpi menjemput guruh
Sarang ruang idea kian senak makin punah
Pada putih ruang hidup terus dahaga jiwa luruh

17 April 2014

Teruja diuji.

Mereka hembus udara
Makan mereka bukan bata
Terus mereka mencaci hina
Silapnya dimana?

Kita tidak apungan
Anggota tubuh masih berpasangan
Lantas terus dibaham kritikan
Kenapa tuhan?

Liku berlalu dipalu liku
Sabar menipis tabah membeku
Tali asa tidak seutuh dahulu
Bukanlah mudah mahu rebah 
Mohon ada sisa tabah
Ada yang indah
Janji Tuhan
Buat sang gagah.

09 April 2014

Rata.

Seterusnya pada sekeliling
Kerap saja bikin atmos pening
Gelagat manusia terkontang kanting
Berpeluk hati mencari pelengkap asing
Bising.

Suria bergegas lenyap
Kelam malam dan kawanan embun awal selinap
Merah hati dijajah hitam gelap
Basah basah tangisan di ruang kedap
Senyap.


04 April 2014

Puja persembah nyawa.

Matari sudah lama pergi
Degilnya peluh penuh riak menghuni tubuh
Pada luasnya bumi kekar berdiri
Tangan dan kaki kemas bertali
Lihatkan langit melaju paku paku jatuh
Ruang udara gelap dan bingit akan sepi
Peluh peluh masih utuh
Buntang akal teriak merusuh
Siksa mengukir senyum sebelum mati.